Tuesday, April 19, 2005

ARTICLE: Bisnis Alam Raya (2)

Menjual Impian Telenovela

Bisnis dengan tawaran bagi hasil keuntungan yang menggiurkan tumbuh subur sejak krisis ekonomi. Manajemennya cenderung tertutup. Masyarakat perlu waspada.MIMIK Adriansyah tampak serius menyimak surat kontrak di mejanya. Dokumen perjanjian tiga lembar itu berasal dari PT Kinarya Era Bumi Nusa (Kebun) Cabang Jawa Timur, yang berkantor di Gedung World Trade Center Surabaya. Setengah jam kemudian, Adriansyah mengambil keputusan. "Saya siap menanamkan investasi di sini," katanya.Adriansyah, 55 tahun, adalah pensiunan PT Aneka Gas Industri Surabaya. Warga kompleks Barata Jaya, Surabaya, itu mengaku mengikuti jejak anaknya, yang sudah bergabung dengan Kebun lebih dulu. Ia berencana menanamkan duitnya Rp 20 juta. Sesuai dengan kontrak, investasi itu berumur delapan bulan, dengan bunga 5% setiap bulan.Kebun, perusahaan tempat Adriansyah bergabung sejak pekan lalu, punya lahan pertanian 200 hektare di Sukabumi dan Ciwidey, sekitar 40 kilometer selatan Bandung, Jawa Barat. Lahannya ditanami bawang merah, gambir, brokoli, dan tomat. Perusahaan ini juga membeli hasil kebun dari petani. Keuntungannya inilah yang dibagikan untuk anggotanya, yang di Jawa Timur saja mencapai 500-an orang.Agrobisnis, seperti dikembangkan Kebun, sekarang memang lagi marak. Di Lampung, misalnya. Adalah Nyonya Suwarti, 62 tahun, yang juga tergiur. Pensiunan bidan ini, Jumat pekan lalu, menyetor duit Rp 6 juta ke PT Citrafarm, pengelola usaha ayam potong pola bagi hasil. Baru dua bulan menjadi anggota Citrafarm, Suwarti sudah setor dua kali, total Rp 12 juta. Ia tergiur dengan tawaran keuntungan 72% setahun, sekitar enam kali bunga tabungan.Tampaknya, bisnis penitipan duit dengan baju bagi hasil tapi memakai bunga tetap ini sudah merebak ke mana-mana. Jumlahnya diperkirakan mencapai puluhan. Menurut pengamat investasi Elvyn G. Masasya, usaha seperti ini berkembang pesat lima tahun terakhir ini, sejak krisis ekonomi merangsek. Tapi, Elvyn mengingatkan, usaha semacam itu tak lebih dari menjual mimpi-mimpi indah kepada para nasabah. "Ini ibarat menjual sinetron atau telenovela," katanya."Sinetron" ini meledak, kata Elvyn, karena sejak krisis ekonomi menghantam, praktis tak banyak alternatif investasi yang tersisa. Berbagai sektor bisnis lesu. Dalam situasi serba sulit seperti itu, orang mudah tergiur. Kehadiran bisnis model profit sharing itu seakan memecah kebekuan.Tapi, bagi pelaku bisnis yang biasa bermain di pasar modal, investasi seperti itu tak akan dilirik. Soalnya, mereka selalu berhitung dengan cermat aspek keamanannya. Karena itu, pilihan investasinya tak akan beranjak dari deposito, saham, jual-beli valuta asing, serta obligasi.Elvyn berharap, kasus Alam Raya menjadi pelajaran bagi masyarakat agar berhati-hati dalam membenamkan duitnya. Tapi, benarkah perusahaan yang bergerak di bidang profit sharing itu bakal menyusul Alam Raya? Ada baiknya, Anda memasang sikap ekstra hati-hati, sebelum menjatuhkan pilihan. Jangan sampai seperti yang dirisaukan Elvyn menimpa Anda.Berikut sebagian profil mereka.PT Kinarya Era Bumi Nusa (Kebun)PERUSAHAAN yang berkantor pusat di Sukabumi, Jawa Barat, ini didirikan Djaslim Suim, 21 Mei tahun lalu. Mulanya cuma bergerak dalam perdagangan sayur dan buah. Belakangan meluas ke rempah-rempah, tanaman hias, ikan, ternak, sampai agrowisata. Tahun lalu, Kebun memasok sekitar 4.000 ton sayur dan buah ke pasar domestik. Komoditasnya juga diekspor ke Korea Selatan, Arab Saudi, India, Jepang, dan Malasyia.Kini, Kebun punya 12 cabang di seluruh Indonesia. Di Jawa Timur, misalnya, perusahaan ini punya lahan 142 hektare di Jember, Lumajang, Bondowoso, Malang, dan Batu. "Pemilihan lokasinya harus sesuai dengan jenis komoditas yang akan ditanam," kata Lolita Diar Trisanti, pimpinan Kebun Cabang Jawa Timur.PT Palmagro DanamitraKANTORNYA megah, di Wisma Darmala lantai 10, Jalan Panglima Sudirman Kavling 101-103, Surabaya. Perusahaan ini didirikan Harry Lisally, tiga tahun silam, menawarkan bagi hasil. Ketika ditemui wartawan Gatra, awak perusahaan ini cenderung tertutup. Ini memang mengundang kecurigaan. Harry sendiri tak bisa ditemui.Seorang pegawai Palmagro mengatakan, perusahaannya menawarkan empat jenis investasi, yaitu ternak bebek, penggemukan sapi potong, tanaman lidah buaya, dan gandum. Paket ternak bebek ada dua jenis: New Khaki Campbell dan Hatch & Breed. Dengan setoran modal Rp 8,7 juta, misalnya, dalam setahun berlipat menjadi Rp 12,8 juta. Paket gandum, yang setorannya minimal Rp 30,5 juta, dalam 10 bulan menjadi Rp 45 juta.Untuk sapi, duit yang disetor paling besar, Rp 91 juta. Dalam tujuh bulan melonjak jadi Rp 120 juta. Palmagro mengelola ternak itik dan penggemukan sapi potong di Lumajang. Sedangkan tanaman gandum dikembangkan di Boyolali, Jawa Tengah, dan Singaraja, Bali.PT Reigna Agung PerkasaPERUSAHAAN yang didirikan Agung Perkasa ini mengkhususkan pada komoditas tanaman pala. Kantornya di lantai 11, 12, dan 24 Plaza DM, Jalan Sudirman, Jakarta. Perusahaan ini membuka cabang di Siau, Tahuna (keduanya di Kabupaten Sangir Talaud, Sulawesi Utara), Manado, dan Flores. Sayang, perusahaannya cenderung tertutup. Dalam brosur untuk calon nasabah, misalnya, tak tercantum sama sekali identitas asal-muasal perusahaan ini. "Yang tahu cuma Pak Agung," kata Novry, Kepala Cabang Reigna di Manado.Menurut Novry, Reigna kini menggarap lahan 8.000 hektare di Manado. Pemodal ditawari iming-iming keuntungan 48%-96% per tahun. Untuk menggaet nasabah, Reigna menawarkan tiga paket: Siau Gold, Siau Platinum, dan Siau Island.Untuk Siau Gold, modal awal yang disetor Rp 12 juta. Dalam setahun dijamin menjadi Rp 17.760.000. Paket Siau Platinum modal setornya lebih besar, Rp 30 juta. Setahun berlipat menjadi Rp 51.600.000. Paling tinggi paket Siau Island. Dengan modal setor Rp 90 juta, dalam setahun beranak-pinak menjadi Rp 176.400.000.PT Murakabi BuanaPT Murakabi terbilang cukup tua, berdiri pada 1990. Menurut Agus Haryo Sudarmodjo, bos Murakabi, kiprah perusahaannya diawali dengan membuka lahan seluas 5 hektare di Sleman, Yogyakarta. Lahan tersebut ditanami terong, untuk memenuhi permintaan pasar Jepang.Lima tahun kemudian, Agus memperluas tanahnya menjadi 150 hektare. Ia juga menanam semangka, ketimun, dan labu. Tahun 1996, Murakabi bekerja sama dengan Balai Penelitian Sayur-mayur Departemen Pertanian, meneliti kentang. Empat tahun kemudian, riset itu menghasilkan bibit unggul "amudra" dan "mahudra". Kalau bibit biasa, satu hektare cuma menghasilkan kentang sekitar 12 ton. "Amudra atau mahudra bisa tiga kali lipat," katanya.Murakabi kini mempekerjakan sekitar 1.000 karyawan. Omsetnya sekitar Rp 7 milyar sebulan. Sekitar 85% produknya dilempar ke pasaran internasional, sisanya ke dalam negeri.Agus mengakui, bisnis pola bagi hasil baru dikembangkan tiga tahun terakhir. Investor diberi iming-iming bagi hasil 65% dalam setahun untuk investasi tanaman kentang dan bengkuang. Setoran minimal Rp 45 juta. Tapi, Agus tak mau gembar-gembor. Jumlah investor juga dibatasi. "Setahun paling banter 50 orang," katanya.PT Pundi FarmBEGITU memasuki kantor PT Pungkas Mandiri Farm di lantai II Gedung Mugi Griyatama, Jalan M.T. Haryono, Jakarta Selatan, pengunjung disuguhi beberapa aksesori bernuansa ayam. Ada celengan berbentuk ayam dalam ukuran besar di samping meja resepsionis.Pundi Farm, demikian perusahaan ini biasa dikenal, didirikan pada 1987. Pundi bergerak dalam bidang usaha ayam petelur. Peternakannya di Penengahan, Lampung Selatan. Juragan perusahaan ini adalah Eddy Sulistyo, lulusan Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Kini, Eddy punya lahan ternak seluas 22 hektare dengan total ayam sekitar 150.000 ekor.Eddy memasuki bisnis bagi hasil pada awal tahun ini. Usaha barunya ini ia percayakan kepada H.R. Kusdiman sebagai bosnya. Kusdiman mempersilakan investor mengunjungi ternak ayamnya. "Itu hak mereka," kata Kusdiman.Kini, Pundi Farm punya investor sekitar 250 orang. Keuntungan yang dijanjikan 45%-81%, dengan jangka waktu 13-17 bulan.

Saiful Anam, Asmayani Kusrini, Zainal Dalle, Heni Kurniasih, Sugiyanto (Lampung), Rachmat Hidayat dan Nurul Fitriyah (Surabaya)

4 Comments:

Blogger inHishand said...

Saya rasa untuk semua kasus penipuan money games sudah selesai perkaranya, tetapi si Hermirad Lisapaly alias Hery yang menjadi dedengkot Palmagro Danamitra masih tetap bermain dan mengibarkan usahanya tanpa tersentuh hukum.
Heran juga ya kenapa demikian, apakah ada apa apanya ?
Mestinya orang begini sudah dicekal bahkan langsung di proses pengadilan karena telah menyusahkan rakyat banyak, sekitar 35 m dana nasabah raib ditelannya.
Kalau ada aparat yang membaca harap di wanted saja orang ini masuk ke dpo... dan cekal di imigrasi jangan sampe kabur!!!

1:43 AM  
Blogger Unknown said...

To: inHishand kalau mau ketemu saya silakan klik www.geosurveyindonesia.com, saya bertanggungjawab atas semua yang telah saya lakukan. Salam

7:03 AM  
Blogger Unknown said...

Bagi yang lagi nyari-nyari Hermirad (Herry) Lisapaly silakan lihat info di www.geosurveyindonesia.com.

4:27 PM  
Blogger Unknown said...

Hen...pripun kabare...wis suwi ora tau krungu....isih nang Jakarta ?

7:15 PM  

Post a Comment

<< Home