ARTICLE: Water Business (3)
Mereka yang Memetik UntungPENGALAMAN adalah guru terbaik. Pepatah itu mengilhami para pengelola PDAM Surabaya dan Tirtanadi, Medan. Belajar dari pengalaman, dua perusahaan daerah penghasil air bersih itu berhasil survive. Ketika saudara-saudaranya terjerembap dalam kerugian dan utang, dua perusahaan penghasil air bersih itu justru memetik untung.Tahun lalu, PDAM Surabaya meraup laba bersih Rp 48,9 milyar, naik 200% dari tahun sebelumnya yang hanya Rp 16 milyar. "Termasuk laba terbesar dari seluruh PDAM di Indonesia," ungkap Pengkie Sugiho Pangestu, Direktur Utama PDAM Surabaya. Laba itu dipanen di tengah beban utang yang lumayan berat.Kepada Taufan Luko B. dari Gatra, Pengkie membeberkan kiatnya mendongkrak keuntungan. Selain pembenahan manajemen, PDAM Surabaya juga melakukan efisiensi tenaga kerja. Pengontrolan meteran air pelanggan, yang dulu diserahkan ke pihak ketiga, kini ditangani langsung oleh karyawan. Pekerjaan lain, yang sebelumnya juga diorder ke pihak lain, dipangkas habis. "Saya usir semua konsultan dan tenaga luar untuk penghematan biaya," kata Pengkie. Hasilnya terbukti bagus. PDAM berhasil menagih 97% tunggakan pelanggan.Jumlah pelanggan yang dilayani PDAM Surabaya mencapai 67% dari total populasi penduduk di ''kota buaya'' itu. Suplai air bersih mengandalkan instalasi dengan kapasitas produksi 8,5 meter kubik per detik. PDAM Surabaya juga berhasil mengurangi kebocoran air hingga 36,9% dari total kebocoran yang sebelumnya mencapai 40%.Prestasi juga diukir PDAM Tirtanadi, Medan. Dengan pelanggan sekitar 300.000, Tirtanadi menerapkan efisiensi tenaga kerja. "Rasio antara karyawan dan pelanggan mencapai 1 : 300," kata Nelson Parapat, Direktur Operasional PDAM Tirtanadi, yang juga Ketua Bidang Organisasi Persatuan Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia. PDAM Medan juga tidak pernah menunggak utang. Kebocoran airnya pun tergolong rendah, hanya 20%."Tapi kami kesulitan meningkatkan investasi karena pemberlakukan tarif belum sepenuhnya berdasarkan biaya yang dikeluarkan," katanya. Mau tidak mau, menurut Nelson, pihaknya harus habis-habisan menerapkan efisiensi. Kata Nelson, perusahaannya bakal lebih sehat bila tarif air ditata kembali. Artinya, pelanggan siap-siap merogoh kocek lebih dalam.
Heru Pamuji dan Heni Kurniasih
0 Comments:
Post a Comment
<< Home