Tuesday, July 29, 2008

flooding mitigation: pengerukan sungai Jakarta

Semalam membaca tulisan di media (entah detik atau kompas saya lupa) mengenai rencana pengerukan sungai Jakarta dengan dana pinjaman dari Bank Dunia. Singkatnya Gubernur Jakarta Fauzi Bowo optimis bahwa pendalaman sungai di jakarta (deep tunnel) akan efektif mencegah banjir. Muncul pertanyaan dalam diri saya, benarkah ide ini adalah langkah terbaik untuk menyelesaikan masalah banjir di Jakarta? Yang terbersit pertama dalam pikiran saya adalah bahwa jangan2 ini nanti cuma menjadi sebuah proyek besar, berbiaya mahal, namun tidak berkelanjutan. Sebagai seorang lulusan studi Pembangunan, saya telah belajar banyak bahwa proyek-proyek besar di Indonesia seringkali 'hangat-hangat tai ayam', gemerlap dan menawarkan optimisme pada tahap-tahap awal, namun tak berkelanjutan. tahun pertama, tahun kedua, tahun ketiga semuanya optimis. Setelah proyek selesai, setelah tak ada lagi uang, lantas proyek itu dibiarkan terlantar, tak ada yang peduli sampai akhirnya 'bencana' yang semestinya bisa diantisipasi terjadi. Lihatlah proyek monorail, lihatlah busway, lihatlah proyek kali bersih, lihatlah proyek reboisasi. semuanya adalah 'proyek', yang berhenti ketika proyek selesai.

Namun untuk proyek pendalaman sungai ini, saya tak mau pesimis sebelum tahu informasi lengkap soal ini. Kebetulan hari ini bertemu BRian membahas struktur tulisan untuk jurnal. Setelah diskusi soal paper kami, aku menanyakan soal deep tunnelling. Saya yakin saya bertanya pada orang yang tepat, karena ada pepatah entah ajaran agama (saya lupa), intinya bertanyalah pada ahlinya. dan aku percaya, Brian ahlinya soal ini dengan berpuluh-puluh tahun pengalamannya dalam bidang persungaian, flooding mitigation, dll.

Pertanyaanku padanya: benarkah deep tunelling ini the best solution for Jakarta? Brian menjawab bahwa jawaban untuk pertanyaanku tidaklah sederhana. jadi dia tidak menjawab ya atau tidak terhadap pertanyaan ini. Yang dikatakannya adalah bahwa tidak ada solusi tunggal untuk pencegahan banjir. Deep tunnelling hanyalah salah satu langkah, yang bisa dijustifikasi dari sisi engineering dan logika bahwa memperdalam sungai akan memperbesar kapasitas sungai dalam menampung air ketika banjir terjadi. NAMUN, ada beberapa bahaya besar dari deep tunnelling ini. Yang pasti, secara natural, sungai bukanlah sistem yang statis. Artinya, ketika manusia melakukan perubahan terhadap sistem ini, dia, alias si sungai ini, akan selalu mencari cara untuk kembali pada besarnya ukuran tunnel yang asli hingga mencapai equilibrium. Ini dicontohkan oleh Brian terjadi pada Sungai Yarra di Melbourne (yang aku baru tahu kalau luasnya sebenarnya diperlebar untuk tujuan keindahan kota loh), dan telah melakukan 'aktifitas naturalnya' untuk kembali ke ukuran aslinya dan menimbulkan pendangkalan sungai. Yang ini rada teknis ya, dan saya belum sempat meriset lebih lanjut supaya bisa tahu ini. Namun ada bahaya yang lebih besar dari ini.

Salah satu bahaya terbesar dari deep tunneling adalah munculnya kepercayaan (yang ini semu) bahwa dengan sendirinya banjir tidak akan terjadi setelah ruang sungai cukup besar untuk menampung banjir tahunan katakan dalam periode 100 tahun. Akibat munculnya kepercayaan bahwa banjir tidak akan terjadi lagi, lantas flood prone area (masih belum pasti apakah tulisannya seperti ini atau tidak, belums empat riset lebih lanjut soal ini) lantas digunakan untuk misalnya infrastruktur, mendirikan bangunan dstnya. Akibat lanjutan adalah bahwa masyarakat tidak lagi aware akan risiko banjir, dan ketika ini terjadi, yang akan terjadi adalah bencana besar-besaran dengan korban yang mungkin banyak, selain karena tingginya kepercayaan bahwa banjir tidak akan terjadi lagi (ini terlihat dari kata Gubernur yang begitu optimis akan 'tak ada lagi banjir terjadi), juga karena adanya tambahan-tambahan bangunan disekitarnya.

Ini bukanlah pepesan kosong berdasarkan estimasi tanpa bukti. Brian mengatakan bahwa selama 40 tahun para sarjana telah meneliti soal ini, dan bukti paling nyata terjadi di sungai Mississipi pada tahun 1993 (nanti kalau sudah ada waktu, mau baca2 soal ini ah). Deep tunneling atau pembangunan levy (tembok penghalang banjir) saat itu dipercaya akan menghalau banjir yang memang langganan terjadi disana, karena memang New Orleans memang flood prone land. namun tak lama kemudian ketika banjir terjadi, masyarakat tidak siap dengan bencana ini, dibandingkan sebelumnya sebelum pembangunan ini terjadi. Nah ketika terjadi topan Katrina 2 tahun lalu, runtuhnya tembok penghalang banjir inipun telah menimbulkan kerugian yang luar biasa. Bayangkan, untuk kasus sungai mississipi ini, cara-cara canggih melibatkan angkatan bersenjata amerika dan engineer2 ternama dari berbagai segi tidak bisa mencegah banjir. Apalagi di jakarta, jangan terlalu bermimpi muluk bahwa deep tunelling akan menjadi solusi ampuh masalah banjir jakarta.

saya akan menambahkan resiko yang sangat mungkin terjadi di jakarta, yaitu tidak adanya maintenance. Sudah terbukti di berbagai proyek2 besar seantero Indoensia, atau senatero Jakarta saja bahwa kita mampu membangun, namun tidak memberikan perhatian pada maintenance. Akibatnya, banyak terjadi kegagalan dalam proyek2 besar yang didanai biaya besar. harus diingat bahwa pemerintah jakarta akan berhutang kepada bank Dunia, saya tidak pasti berapa bunganya, namun yang pasti hutang ini akan ditanggung anak2 cucu penduduk jakarta di masa emndatang. Saya yakin jumlah utangnya akan besar. jangan sampai UTANG ini nanti hanya untuk mmbangun proyek, memberikan keuntungan pada perusahaan2 yang menang tender dan dapat rpoyek, namun setelah proyek selesai pemerintah jakarta tak mampu memaintainnya dengan baik. Pertanyaaan kepada pemerintah jakarta sekarang adalah, diluar membangun deep tunnel itu, apakah pemerintah Jakarta emmiliki biaya atau sudah mengalokasikan dana maintenancenya? Jika sudah, berapa banyak, dialokasikan untuk apa saja? Apakah sudah ada perencanaan matang soal itu?

Jika saya seorang konsultan yang disewa untuk mengadakan studi soal ini, saya akan melihat keberlanjutan proyek ini, tak cuma untuk membangun deep tunnell namun juga untuk merawatnya. Perlu rencana matang langkah2 apa yang akan disiapkan pemerintah DKI jakarta untuk merawat ini begitu ini selesai dibangun. Perlu perencanaan matang darimana biaya perawatan ini bisa diperoleh. memang benar bahwa pendalaman sungai akan menambah kapasitas tampungan air pada musim banjir. tapi ingat, daya tampung itu terbatas, dan tanpa mainetnance yang bagus, kemungkinan sungai kembali penuh sangatlah besar. Tidakkah ingat bagaimana masyarakat amsih tinggal di bantaran sungai dan sampah2 dibuang ke dalam sungai, berkontribusi terhadap pednangkalan tersebut. Setelah ada deep tunnelling, bagaimana memastikan abhwa masyarakat tidak akan membuang sampah ke sungai lagi? bagaimana memastikan pengendapan di sungai bisa diatasi?

Nah dengan risiko yang sudah disebutkan diatas, bisa diambil sebuah kesimpulan, bahwa pemerintah DKI perlu bersikap rasional dalam melihat deep tunnelling proyek ini. Ini bukanlah simsalabim solution untuk masalah banjir jakarta. Ada banyak hal lain yang harus dilakukan dan terus menerus dilakukan kalau mau jakarta ebnar-benar bebas banjir. Diantaranya, flooding warning system harus diadakan, peningkatan kesadaran masyarakat akan resiko banjir harus dilakukan, upaya melibatkan masayarkat dalam pencegahan dan penanganan banjir saat banjir terjadi harus digalakkan. dan kalaupun deep tunnelling akan berjalan, ingat, maintenance, maintenance, and maintenance!!!!

untuk masyarakat jakarta, termasuk saya sendiri, proyek ini adlah proyek besar, menggunakan uang utang yang besar, karena kita atau anak kita yang akan membayarnya, let's have a say. kalau proyek ini dibiarkan berjalan tanpa pengawasan, yakinlah bahwa korupsi mungkin terjadi, unfair and expensive tender mungkin terjadi, under the table deals mungkin terjadi, dan kita yang akan menanggung akibatnya di masa depan, tak cuma menanggung utang untuk proyek ini, namun juga menanggung resiko bencana yang begitu besar.

pemerintah Jakarta harus melibatkan kita semua, bagian masyarakat jakarta untuk berpendapat, untuk ikut serta dalam pengelolaan Jakarta. Please deh, bukan saatnya lagi pembangunan jakarta menggunakan pendekatan pembangunan infrastruktur semata. Tidakkah bukti2 kegagagalan di depan mata cukup untuk membuat kita bersama-sama belajar dan berusaha memperbaikinya? Sebagai penduduk jakarta (de facto dan de Jure), saya tidak ingin menjadi bagian dari collective failures of Jakarta governments, inhabitants, and societies, to make jakarta unlivable city.